Kekerasan Struktural
Ku berdiri sore itu di depan rumahku
Lihat burung lihat awan lihat apa saja yang lewat, yang sempat
Ku mengintip matahari yang pelan menghilang
Dari selag tiang listrik miring dan juga kabelnya
Semrawu, berglayutan
Terpampang spanduk besar
Ia beri tulisan “awas bahaya tiang listrik miring”
“awas bahaya kabel listrik, setrum”
Warga juga diminta belajar melihat keindahan dari kekacauan
Janganlah mengeluh, tetaplah bersyukur
Hemm… Hemm…
Aku berjalan ke tanah lapang, di seberang rumah
Lihat bunga, lihat rumput
Lihat apa saja yang tumbuh, yang teduhkan
Aduh kasihan si putri malu dan bunga ungunya
Dijejali dengan sampah yang semakin liar dibuang sembarangan
Terpampang spanduk besar yang diberi tulisan
“barang siapa buang sampah disini, akan terjerat pasal sekian
Denda sekian ratus ribu sekian sekian”
Oh seram, sudah diperingatkan
Berminggu telah berlalu
Tiang listrik makin miring
Awas tertimpa resiko sendiri
Kabel makin semrawut
Berglayut awas kepalamu tersangkut
Sampah kian bertumpuk-tumpuk bagai kebohonganmu
Warga juga diminta belajar melihat keindahan dari kekacauan
Jangan mengeluh, tetaplah bersyukur
Hei tapikan aku manusia
Ku pakai logika
Saksikan semua aku tak sanggup tuk mensyukurinya
Apalagi tak mengeluh
Walau tetap diminta belajar melihat keindahan dari kekacauan (yuhuu)
Janganlah mengeluh, tetaplah bersyukur (aauwo... uwo...)
Jangan protes, mengganggu ketenangan (ketenangan…)
Warga tetap diminta belajar melihat keindahan dari kekacauan
Janganlah mengeluh, tetaplah bayar
Beli beli beli, bayar bayar nanti
Hutang, bayar bayar nanti
Nanti, nanti, nanti sampai mati